Jakarta, CNBC Indonesia – Penambahan pembangkit listrik nasional sampai tahun 2030 diproyeksikan sebesar 40,9 gigawatt (GW). Proyeksi ini tercantum di dalam draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030.
Penambahan kapasitas setiap tahun diproyeksikan sebesar 4,1 GW. Di mana keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih akan dominan untuk dibangun, yakni mengambil porsi sebesar 15,9 GW atau 39,1%.
Terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang (PLTU MT) sebesar 3.5 GW dan PLTU Non-MT 12,4 GW. Lalu, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dengan kapasitas 5.3 GW atau 12.5% dan PLTG/MG sebesar 2.2 GW atau 5,5%.
Sementara untuk energi baru dan terbarukan (EBT) yang terbesar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Minihidro (PLTM) sebesar 8.9 GW atau 22% dari kapasitas total. Kemudian disusul Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 3,5 GW atau 8,5%.
Kemudian untuk EBT lainnya yakni sebesar 3,7 GW atau 9% berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), dan lainnya.
Selain itu ada juga pembangkit campuran antara pembangkit EBT setempat dikombinasikan dengan pembangkit gas. Di mana nilai keekonomiannya bisa bersaing dengan PLTU.
“Total rencana kapasitas PLTbase ini sampai tahun 2030 adalah 1.110 MW atau setara dengan 2,7%,” tulis draft RUPTL yang diterima CNBC Indonesia dikutip Jumat, (12/03/2021).

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rida Mulyana mengatakan, akibat pandemi Covid-19, pemerintah mengurangi jumlah penambahan kapasitas pembangkit listrik baru hingga 15,5 gigawatt (GW) pada RUPTL 2021-2030.
Rida mengatakan, pengurangan kapasitas pembangkit listrik baru tersebut berasal dari proyek 35 ribu mega watt (MW) dan juga pengurangan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang mencapai sebesar 500 mega watt (MW).
“Kita kurangi 15,5 GW dari RUPTL yang ada pada periode lalu, tentu saja ada pengurangan yang bagian dari proyek 35 GW ya,” paparnya dalam konferensi pers virtual ‘Capaian Kerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 Sub Sektor Ketenagalistrikan’, Rabu (13/01/2021).
Pengurangan tambahan pembangkit ini karena adanya penyesuaian pada target pertumbuhan listrik di dalam RUPTL. Rida menyebut pertumbuhan listrik dalam sepuluh tahun ke depan hanya ada di posisi 4,9%. Proyeksi ini jauh di bawah proyeksi RUPTL awal yang memproyeksikan pertumbuhan listrik rata-rata mencapai 6,4%.
“Berkaca dari kasus 2020 akibat Covid-19 ini pemulihan ekonomi seperti apa, no body knows kapan ini akan berakhir. Kita beri kesempatan dengan PLN ambil sikap tempatkan rata-rata pertumbuhan listrik selama 10 tahun ke depan. Bayangkan RUPTL lama 6,4%, ya sekarang 5% aja nggak, 4,9%,” jelasnya.
Sumber CNBC